Wednesday, December 19, 2012

Mental Mahasiswa Kian Memprihatinkan

(Kanan ke kiri). Mantan Wapres RI Jusuf Kalla, Dubes Cina, Liu Jian Chao, Menteri ESDM Jero Wacik, Pendiri Bosowa Corporation, Aksa Mahmud, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, dan Presiden Direktur Bosowa Energi, Erwin Aksa (kiri), saat menghadiri peresmian PLTU Jeneponto,kemarin.
MAKASSAR – Tawuran dan unjuk rasa anarkistis yang kerap dipertontonkan mahasiswa di Kota Makassar mengundang keprihatinan mendalam Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK).

JK menilai,unjuk rasa yang disertai pelemparan batu, anak panah,dan pembakaran,hanya dilakukan mahasiswa yang mentalnya sudah rusak. JK juga prihatin dengan bentrokan antarmahasiswa yang berujung pada pembakaran fasilitas kampus, bahkan jatuhnya korban jiwa.

“Tidak ada negara yang mahasiswanya merusak kampusnya. Itu hanya terjadi di Makassar. Siapa yang mengajari menjadi primitif seperti itu? Kalau mahasiswa merusak fasilitas kampusnya, maka akan rusak pula masa depannya,” ujar tokoh perdamaian ini saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Unifa di Makassar kemarin. Bentrokan mahasiswa yang berujung pada jatuhnya korban jiwa terakhir terjadi di Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 11 Oktober 2012.

Dalam kejadian ini, dua mahasiswa tewas terkena tusukan senjata tajam.Keduanya yakni,Resky Munandar dan Herianto.Yang memprihatinkan,kedua mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Automotif angkatan 2008 itu tewas saat diserang di rumah sakit setelah menjenguk rekan mereka yang terluka. Selain korban meninggal, tawuran juga mengakibatkan 13 mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas Seni dan Desain (FSD) terluka. Sebelumnya, pada 20 September 2012, seorang mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar angkatan 2008, Ibrahim Rauf, juga tewas saat terjadi tawuran di kampusnya.

Saat bentrokan terjadi, tak jarang fasilitas kampus seperti laboratorium dan ruang belajar tak luput dari sasaran amukan, baik dengan cara dirusak maupun dibakar. Kasus kerusakan yang terjadi akibat unjuk rasa anarkistis juga sudah tak terhitung.Selain kerap menyandera dan merusak kendaraan, terutama kendaraan dinas, mahasiswa juga sering menutup jalan sehingga menimbulkan kemacetan yang berakibat pada kerugian ekonomi.

JK mengatakan, citra Kota Makassar di tempat lain terlanjur dilekatkan dengan unjuk rasa yang rusuh.Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini menyebutkan,jika ada berita kekacauan dan kerusuhan di media TV, sebagian besar terjadi di Makassar. Dengan menggunakan filosofi Bugis-Makassar, JK mengajak mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi dengan cara-cara yang elegan dan bermartabat. Dia meminta mahasiswa tidak menganut prinsip pa’bambangang na tolo yang dalam bahasa Makassar kurang lebih berarti emosi yang dilampiaskan dengan cara yang tidak rasional.

Sebagai kaum intelektual, kata dia, seharusnya mahasiswa menganut prinsip pa’bambangang na macca yang berarti emosi yang disalurkan secara rasional dan intelektual.“Kampus harus membuat mahasiswa pintar,bukan sebaliknya,”ujar pria kelahiran Watampone, Bone,ini. Dia menyayangkan aksi kekerasan mahasiswa karena berakibat pada kerugian masyarakat. Olehnya itu,Kalla berharap cara-cara seperti ini harus bisa segera ditinggalkan. JK kemudian memberikan contoh saat dirinya menjadi aktivis mahasiswa.

Saat itu, kata dia, mahasiswa juga kerap dibakar emosi,namun mahasiswa melampiaskannya dengan mengkritik penguasa. “Mental harus diperbaiki. Belajar memimpin itu bisa dimulai dari dalam kampus. Kami dulu sebagai aktivis, kritis, tapi tak pernah merusak,” pungkasnya. Terpisah,Ketua Dewan Pendidikan Sulsel Prof Halide berpandangan, apa yang dilontarkan JK itu sangat sesuai dengan fakta. Dia juga menilai apa yang dilakukan sebagian mahasiswa saat berunjuk rasa sudah keluar dari jalurnya.

Halide mengatakan, sebagai kaum intelektual, setiap terjadi masalah, langkah yang terlebih dulu dilakukan adalah mengidentifikasi apa penyebabnya, kemudian mencari solusi untuk menyelesaikannya. “Intelektual itu memakai otak, bukan otot.Yang banyak terjadi di Makassar,aksi mahasiswa itu sporadis dan tidak jelas.Ini cenderung merugikan masyarakat, yang katanya dibela oleh kaum intelektual itu sendiri,”ujar dia.

Pernyataan JK terkait mental mahasiswa ini mendapat tanggapan kalangan kampus. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Iqbal Sultan menilai,dibandingkan dengan mahasiswa daerah lain, mahasiswa Sulsel khususnya Makassar memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi.Itulah yang menurut dia menjadi kelebihan mahasiswa Makassar dibanding daerah lain. “Dari sisi aksi,mahasiswa kita lebih ‘wah’ pada setiap aksinya,” kata Iqbal, saat dimintai tanggapannya mengenai aksi mahasiswa Makassar terkait dengan pernyataan JK,kemarin.

Menurut Iqbal,di setiap daerah mahasiswa memiliki karakter tersendiri. Karakter peka dan sensitif mahasiswa Makassar kadang berimbas pada gerakan yang dilakukan.Kadang mahasiswa sudah bergerak turun ke jalan,padahal itu belum seharusnya dilakukan. “Kadang-kadang adik-adik mahasiswa dalam aplikasi kepekaan dan sensitivitasnya itu overactive dalam gerakannya,” papar dosen Ilmu Komunikasi ini. Sehingga, lanjut dia, sikap overactive inilah yang kemudian merugikan mahasiswa sendiri.Pencitraan mahasiswa di mata publik jadi rusak.“Nah, akibat alasan-alasan itulah mungkin, saya mengatakan mungkin,sehingga Pak JK melihat itu seperti di luar kontrol,” kata Iqbal.

Aksi yang di luar kontrol itulah yang kemudian merusak citra mahasiswa.Apalagi jika aksi itu ter-blow up oleh media massa. Dia menyarankan, sebaiknya dalam aksinya mahasiswa lebih bijak dan selektif menanggapi isu,termasuk yang membutuhkan gerakan serentak.“ Kalau mengenai BBM, oke. Saya kira semua mendukung itu.Tapi, kalau hanya masalah SPP di kampusnya yang kemudian turun ke jalan, menutup jalan,kantidak bagus juga. Kalau soal SPP,demonya di kampus saja,”kata Iqbal.

Iqbal mengatakan, selain pemetaan isu gerakan, hal lain yang bisa dilakukan pengelola perguruan tinggi adalah memaksimalkan energi mahasiswa ke hal-hal akademik. Berlebihnya energi mahasiswa seharusnya diarahkan untuk kegiatan akademik. “Dosen harus memberikan banyak tugas-tugas akademik sehingga dengan sendirinya mahasiswa akan terarah yang disibukkan dengan kegiatan akademik. Itu yang lebih utama,” kata dia.

Kepala Humas Universitas Muslim Indonesia (UMI) Nurjannah Abna mengatakan, untuk mengantisipasi mahasiswa yang melakukan tindakan anarkistis, baik di dalam kampus maupun di luar kampus,pihaknya memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada setiap fakultas yang langsung dikoordinasikan dengan wakil dekan III. Khusus untuk pemberian sanksi kepada oknum mahasiswa yang bertindak anarkisme, pihak rektor melalui setiap dekan fakultas akan memberikan sanksi tegas.

Untuk memberikan sanksi, lanjut Nurjannah, harus melalui beberapa tahapan dan telaah. Kalau pun nantinya dari hasil telaah oknum mahasiswa dinilai melanggar kode etik, maka oknum mahasiswa tersebut dengan terpaksa harus dipulangkan ke orang tuanya alias dipecat.

No comments:

Post a Comment