Menlu Harus Protes Keras Malaysia. Penghinaan terhadap Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie oleh
mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainudin Maidin menuai
kecaman dari banyak kalangan.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat
Arnas Urbaningrum meminta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengirim
nota protes keras kepada Malaysia. Pemerintah Indonesia tidak boleh
membiarkan pelecehan kepada mantan Presiden Habibie. Menurutnya,
meskipun tulisan Zainudin adalah bukan sikap Pemerintah Malaysia,hal itu
tidak boleh diabaikan oleh pemerintahan Tun Najib Razak tersebut.
“Istilah
the dogofimperialism merupakan salah satu serangan rasis kepada
mantan Presiden Habibie. Ini tak boleh dibiarkan,” tegasnya kemarin.
Dia mengungkapkan jangan karena ada kompetisi politik dalam negeri, lalu
dilebarkan dengan menghina mantan Presiden Habibie. “Ini sangat
disesalkan,”ujar Anas. Hal senada juga diungkapkan Ketua Komisi I DPR
Mahfudz Siddiq.Bagi dia,penghinaan yang besar terhadap mantan presiden
Indonesia tak bisa dipandang biasa-biasa saja.
“Penguasa
Malaysia telah memanfaatkan Habibie untuk menyudutkan Ketua Umum Partai
Keadilan Rakyat Anwar Ibrahim demi kepentingan politik. Penghinaan ini
kan disampaikan setelah kehadiran Habibie di negeri jiran itu atas
undangan Anwar Ibrahim untuk ceramah di Universiti Selangor,” tuturnya.
Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengatakan, pihaknya secara resmi sudah
melayangkan nota protes kepada Pemerintah Malaysia kemarin.Mekanismenya,
DPR memberikan nota protes itu kepada Duta Besar Indonesia di Malaysia
atau langsung kepada Pemerintah Malaysia.
“Parlemen memiliki
kedudukan strategis. Nota protes dibuat DPR karena pemerintah belum
memberikan posisi yang tegas. Komunikasi harus baik (antar)-sesama
negara tetangga. Karena itu,istilah yang dipakai mantan Menteri
Penerangan Malaysia itu sudah menyinggung. “Bagaimanapun Pak Habibie
punya jasa yang besar untuk negara kita,” ujar Pramono Anung. Seperti
diketahui, BJ Habibie dihina oleh mantan Menpen Tan Sri Zainudin Maidin
dengan disebut sebagai the dog of imperialism.
Pernyataan
melecehkan ini disebarluaskan Zainudin melalui tulisannya yang dimuat di
koran Utusan Malaysia pada Senin (10/12). Dalam tulisannya yang
berjudul “Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim”, Zainudin juga
menyebut Habibie sebagai sosok pengkhianat negara atas lepasnya Timor
Timur dari Indonesia. Editorial yang ditulis oleh Zainudin ini
sebenarnya menyoroti kedekatan Habibie dengan Anwar Ibrahim yang
mengundangnya untuk berbicara di hadapan mahasiswa Universiti Selangor
(Unisel) pada 6 Desember 2012.
Dalam rilisnya,Ketua Presidium
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir
mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda kunjungan ke Malaysia
menyusul hinaan Zainuddin Maidin kepada Habibie hingga hubungan kedua
negara membaik.
”Saya mengecam keras pernyataan mantan Menteri
Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin Maidin terhadap mantan Presiden BJ
Habibie dan meminta agar yang bersangkutan menarik pernyataan dan
meminta maaf kepada rakyat Indonesia,” kata Nanat Fatah Natsir . Menurut
dia,pernyataan itu tidak sesuai dengan sejarah Indonesia. ”Pintu masuk
demokrasi di Indonesia adalah pada masa pemerintahan Pak
Habibie,”paparnya.
Tak Tahu Demokrasi
Ketua DPR Marzuki
Alie meminta masyarakat Indonesia jangan terprovokasi atas tudingan
Zainudin Maidin terhadap BJ Habibie maupun terkait proses demokrasi di
Indonesia. Menurut dia, tudingan Malaysia itu hanyalah ocehan pribadi
Zainudin alias bukan sikap resmi Pemerintah Malaysia. Bahkan tudingan
itu menurutnya justru menggambarkan ketidaktahuan Zainudin tentang apa
itu demokrasi.
“Protes boleh saja kita lakukan dan DPR pun telah
menyatakan sikapnya serta mengirimkan surat protes yang intinya menurut
saya agar Pemerintah Malaysia bisa menjaga keharmonisan hubungan kedua
negara.Termasuk meminta Malaysia mendidik masyarakatnya untuk bersikap
layaknya negara yang bersahabat dan memiliki budaya ketimuran,” ujarnya.
Dia menambahkan, masyarakat Indonesia patut bangga karena terbukti jauh
lebih berbudaya, lebih beretika,dan tidak pernah mengurusi apa yang
menjadi urusan negara lain.
“Rakyat mereka merindukan demokrasi
seperti di Indonesia. Pemerintahnya sangat alergi terhadap kritik,
berbeda dengan kita. Jangankan menerima kritik dari kita, dari Anwar
Ibrahim saja mereka tidak terima,”imbuhnya. Sementara itu, Pemerintah
Indonesiasecararesmibelummerespons penghinaan terhadap BJ Habibie
tersebut. Staf Khusus Presiden Bidang LuarNegeri Teuku Faizasyah
mengatakan,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengikuti
perkembangan pemberitaan harian UtusanMalaysia terkait penghinaan
terhadap BJ Habibie dari media massa.
“Saya ketahui Bapak
Presiden mengikuti berita tersebut. Namunsaya belum mengetahui apabila
ada yang disampaikan kepada Presiden,”ujar Teuku kepada SINDOtadi malam.
Menurut dia, kasus ini diangkat oleh seorang mantan menteri Malaysia
dan bersifat pribadi dalam menyampaikan pandangannya. Untuk itu, lanjut
dia,kasus ini harus disikapi dengan bijak,utamanya dalam kaitan hubungan
atau tataran antarnegara atau antarpemerintahan.
Dalam rencana
kunjungan kerjanya ke Malaysia pekan depan atau pada tanggal 18–20
Desember, Teuku mengatakan bahwa Presiden tidak akan membicarakan kasus
ini.“Fokus pertemuan minggu depan adalah membahas kemajuan kerja sama
bilateral di berbagai bidang. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari
pertemuan Presiden dengan PM Malaysia pada Oktober lalu di
Lombok,Bali,”tuturnya.
Harus Direspons Keras
Mantan
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta BJ Habibie merespons penghinaan
tersebut dengan memberikan pernyataan tandingan.Menurut dia,Habibie
harus menjelaskan bahwa pernyataan mantan Menpen Malaysia itu tidak
benar.“Apa yang dikemukakan harus dijawab. Kita berada di dalam suasana
keterbukaan. Tentu hampir sama dengan di Indonesia. Karena itu harus
dijawab,dijelaskan bahwa pernyataan itu tidak benar,” ujar JK kemarin.
Namun,
dia juga meminta media massa Malaysia memuat pernyataan tandingan yang
dikeluarkan Habibie. Dia menyampaikan,hal ini merupakan konsekuensi dari
keterbukaan dan demokrasi.
No comments:
Post a Comment