Korea Utara (Korut) kemarin sukses meluncurkan roket dan menempatkan
sebuah satelit di orbit. Keberhasilan ini membuat banyak negara semakin
khawatir dengan kemampuan rudal negeri komunis tersebut.
Peluncuran
ini hanya beberapa hari menjelang peringatan satu tahun kematian
pemimpin Korut Kim Jong-il.Peluncuran itu memicu kecamanan internasional
dan kemarahan para sekutu Amerika Serikat (AS), seperti Jepang dan
Korea Selatan (Korsel). Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
segera menggelar sidang darurat untuk membahas sanksi selanjutnya
terhadap Korut.
Meski demikian,sekutu Korut,China, memuji
kesuksesan peluncuran roket tersebut. Korut bersikeras bahwa misi
peluncuran roket itu bukan uji coba rudal antar-benua seperti dituduhkan
oleh AS,Korsel,dan Jepang, serta dilarang PBB. Pyongyang menegaskan,
peluncuran roket itu untuk mengorbitkansatelitsainsmilikKorut di orbit
dan berhasil mencapai tujuan tersebut. “Satelit telah memasuki orbit
seperti yang direncanakan,” ungkap laporan KCNA. Pejabat Komando
Pertahanan Antariksa Amerika Utara (NAADC) juga membenarkan bahwa
peluncuran roket itu berhasil menempatkan sebuah objek di orbit.
Pyongyang
meluncurkan roket itu pada pukul 09:49 pagi waktu setempat. Satelit itu
diklaim memasuki orbit sekitar 10 menit setelah peluncuran. Bagian
pertama dan kedua roket itu jatuh di laut Barat dan barat daya
Semenanjung Korea. Adapun, bagian ketiga jatuh sekitar 300 kilometer
sebelah timur Filipina. Para pejabat AS dan Korsel sedang menganalisis
kesuksesan roket tersebut.Sebelumnya Korut hanya mengumumkan waktu
peluncuran roket antara tanggal 10 hingga 22 Desember, dan kemudian
ditambah lagi selama satu pekan karena alasan teknis.
Karena
itu, banyak yang menduga peluncuran akan dilakukan beberapa hari lagi.
Pengumuman peluncuran kemarin pun mengejutkan banyak pihak. Pemimpin
Korut Kim Jongun diyakini menginginkan peluncuran roket ini berdekatan
waktunya dengan peringatan satu tahun kematian ayahnya, pada 17
Desember.KCNA menyebutkan, agenda ini memang sebagai penghormatan kepada
visi dan kepemimpinan Kim Jong-il. Peluncuran kali ini memang dianggap
sebagai kejutan.
Padahal, beberapa hari lalu Korut menghadapi
permasalahan teknis dan cuaca yang tidak bersahabat. Apalagi, peluncuran
roket Unha-3 pada April silam mengalami kegagalan karena meledak
beberapa saat setelah diluncurkan.Kesuksesan peluncuran roket kali ini
memberikan implikasi keamanan yang luas karena Korut mampu meluncurkan
rudal balistik antarbenua dan program senjata nuklir yang lebih
berbahaya. Masao Okonogi,profesor politik Korea di Universitas Keio,
berpendapat bahwa peluncuran itu bakal mendorong Korut menjadi agenda
keamanan nasional bagi Washington.
“Mampu meletakkan satelit di
orbit berarti Anda memiliki teknologi yang mampu mengirimkan hulu ledak
nuklir ke wilayah tertentu. Kini Korut bukan hanya ancaman bagi negara
tetangganya, tetapi ancaman nyata bagi AS,”kata Okonogi. Di Washington,
juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tommy Vietor menegaskan, Korut telah
melanggar perjanjian internasional.
“Peluncuran roket Korut
hari ini merupakan tindakan provokatif paling tinggi yang mengancam
keamanan regional dan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB,”katanya.
Sementara, sekutu Korut, China justru memuji tindakan Pyongyang. “Korut
memiliki hak untuk mengeksplorasi antariksa,” demikian pernyataan China
dikutip Xinhua.
Beijing juga meminta semua pihak menahan diri
untuk mencegah situasi yang semakin tidak terkontrol. Berbeda dengan
China, Rusia justru menganggap upaya Korut sebagai tindakan yang tidak
dapat diterima dan itu dapat memicu efek negatif terhadap stabilitas
regional. Hal senada diungkapkan Pemerintah Jepang yang mengungkapkan
peluncuran roket sebagai tindakan yang mengecewakan dan tak dapat
diterima. PBB juga langsung menggelar pertemuan pada Rabu waktu
setempat.Seorang diplomat negara Barat memprediksi bakal mengeluarkan
resolusi keras terhadap Korut.
Pemerintah Korsel pun langsung
menggelar pertemuan darurat.“ Itu merupakan ancaman perdamaian di
Se-menanjung Korea dan seluruh dunia,”kata Menteri Luar Negeri Korsel
Kim Sung-hwan. Seoul juga mengecam peluncuran roket itu sebagai
pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
No comments:
Post a Comment